
TRIBUNNEWS. COM – Viral sebuah rumah diapit sarana layang atau flyover. Sang pemilik rumah menolak menjualnya ke pemerintah selama 10 tahun.
Rumah itu berada jalan layang kota metropolitan Guangzhou, Provinsi Guangdong, China.
Bangunan tersebut merupakan satu dari banyak contoh “rumah paku” di China atau “dingzihu” dalam bahasa Mandarin, pada mana pemilik rumah menolak kompensasi dari developer atas pembongkarannya.
Video yang dirilis mass media lokal menunjukkan rumah itu diapit dua jalur jalan layang Haizhuyong Bridge, yang baru dibuka di kota tersebut.
Baca: Diambang Perang, Kendaraan Militer China Mulai Dekati Taiwan
Baca: Tiongkok Mulai Simulasi Antisipasi Serangan Udara Amerika
Baca: Pengakuan ABK yang Kabur dari Kapal China: Minum Surroundings Laut, Ditendang hingga Tak Digaji
Rumah satu lantai itu seluas 40 meter persegi dan terletak tepat di tengah jalan layang yang terdiri dari empat lajur, demikian laporan stasiun tv Guangdong.
Pemilik rumah yang dikenal dengan nama belakang Liang mengatakan, dia bukan mau pindah karena rumah pengganti yang ditawarkan pemerintah lokasinya tidak ideal.
Ia menambahkan, dirinya santai saja dengan konsekuensi yang dihadapinya kini dan tidak memikirkan dengan anggapan orang lain.
“Anda pikir lingkungan ini buruk, tetapi saya merasa tenang, membebaskan, menyenangkan, dan nyaman, ” katanya dikutip dari Day-to-day Mail.
Baca: Politikus Gelora: Indonesia Jangan Tiru China dan Amerika Atasi Resesi Ekonomi
Jamaah dalam mengatakan ke stasiun television tadi, bahwa Nyonya Liang meminta empat apartemen dari pemerintah, tetapi dia hanya dijanjikan dua.
Kemudian dalam wawancara lain yang direkam oleh Pear Video clip, Nyonya Liang mengklaim pemerintah menawarinya tempat tinggal pengganti di sebelah kamar mayat, dan itulah alasannya dia tak mau pindah.
Baca: Hasil MotoGP Ceko 2020 – KTM Gemilang, Jorge Lorenzo Puji Dani Pedrosa